Pengertian Akhlak, Pembagian, dan Keutamaannya

Diposting pada

Akhlak Adalah

Tidak jarang kita mendengar orang lain membicarakan akhlak. Dalam kehidupan sehari-hari, dalam ceramah-ceramah agama bernuansa Islam, atau nasihat-nasihat yang sering disampaikan, kata ‘akhlak’ sering diperdengarkan.

Akhlak

Membicarakan Akhlak secara pengertian, tentu saja selalu menyertakan Akhlak dalam kaitan bahasa. Asal kata Akhlak adalah Khuluk. Akhlak merupakan bentuk jamak, sedang Khuluk adalah bentuk mufrod. Apa maknanya? Bisa bermakna pekerti, bisa bermakna karakter. Namun begitu, secara definisi akhlak adalah sifat yang melekat pada prilaku seseorang.

Lantas apa beda antara etika, moral, dan akhlak? Sepintas ketiganya terlihat sama, padahal masing-masing memiliki perbedaan. Kemunculan etika berangkat dari akal serta rasio berpikir seseorang. penilaian baik dan buruk di dalam etika sangat bergantung kepada kemampuan berpikir seseorang.

Ini tentu berbeda dengan moral. Moral berangkat dari adat istiadat setempat. Baik-buruk di dalam moral dinilai dari apa yang sudah ditentukan oleh adat dan kebiasaan. Ini semacam ketika Anda minum seraya berdiri seperti yang jamak dilakukan pada acara pesta di kota-kota. Hal itu dipandang lumrah dan biasa saja. Namun, pada satu daerah tertentu, mungkin Anda dipandang sebagai orang yang tidak bermoral gara-gara minum sambil berdiri.

Lalu bagaimana dengan akhlak? Tolok ukur untuk menentukan akhlak adalah al Quran dan Hadits. Maka apa yang tidak memiliki kesesuaian dengan dua hal tersebut akan dikategorikan ke dalam akhlak yang buruk. Dalam hadits disebut, minumlah seraya duduk, jangan berdiri. Anda minum sambil berdiri, Anda pun disebut memiliki akhlak yang buruk. Demikianlah.

Pembagian Akhlak

Terdapat kategori Akhlak Hasanah dan Akhlak Madzmumah dalam pembagian akhlak. Akhlak Hasanah merupakan kategori untuk akhlak yang baik, sedang Akhlak Madzmumah adalah untuk kategori akhlak yang buruk. Keduanya dapat dikenali dan dibedakan dengan baik.

Beberapa contoh Akhlak Hasanah dan Akhlak Madzmumah yang biasa dibahas adalah sebagai berikut:

  • Ini adalah bagian dari akhlak yang baik. Sabar merupakan penawar dari cobaan yang menghadang. Dengan sabar, seseorang cenderung lebih tenang menghadapi persoalan. Tambahan, sabar menjadi sifat yang membuat derajat seseorang lebih mulia.
  • Nifaq. Nifaq adalah salah satu akhlak buruk atau Akhlak Madzmumah. Dalam bahasa orang Indonesia, Nifaq sering dikatakan dengan munafik. Munafik atau Nifaq adalah penyakit yang sangat berbahaya. Bukan hanya tubuh yang bisa dirusak oleh sifat munafik, tetapi juga masyarakat dan bahkan negara. Memang, setahun dua tahun dampak Nifaq belum kelihatan. Tetapi, jika sudah kelihatan tidak banyak yang bisa diselamatkan.
  • Sifat ikhlas adalah sifat menerima. Jika melakukan satu tindakan adalah badan, maka ruhnya adalah ikhlas. Seperti badan tanpa ruh, melakukan sesuatu tanpa keikhlasan adalah sama hal tidak melakukan apa-apa. Banyak cara bisa dilakukan untuk melatih keikhlasan. Salah satunya dengan mengingatkan diri sendiri pentingnya ikhlas.
  • Putus asa. Putus asa merupakan sifat yang buruk. Sifat ini yang menghambat seseorang untuk bergerak maju dan berbuat sesuatu yang bernilai positif. Bahkan, dalam keadaan yang sulit sekalipun, sifat putus asa harus dipupuskan. Ini seperti ketika Nabi Ya’qub meminta putra-putranya mencari Nabi Yusuf dan Bunyamin.

يَا بَنِيَّ اذْهَبُوا فَتَحَسَّسُوا مِنْ يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلَا تَيْئَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِنَّهُ لَا يَيْئَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ

(يوسف/87)

Lewat ayat tersebut, Allah menceritakan nasihat yang diberikan Nabi Ya’qub kepada putra-putranya. Nasihat tersebut adalah melarang seluruh putranya putus asa, sebab putus asa adalah sifat orang kafir. Demikian inti ayat tersebut.

  • Roja’ atau berharap. Yang dimaksud Roja’ di sini bukanlah mengharap sesuatu yang kosong atau hal yang tidak seharusnya diharapkan. Arti Roja’ di sini adalah menumbuhkan harapan dan cita-cita di dalam diri. Tentu hal ini penting. Disadari atau tidak, harapan adalah sesuatu yang menggerakkan seseorang untuk berusaha. Tanpa Roja’ dapat dipastikan bagaimana seseorang menjadi pemalas.
  • Jubnu atau penakut. Penakut atau Jubnu adalah salah satu sifat buruk seorang pengecut. Sifat ini akan membuat seseorang menerima apa saja yang dilakukan orang lain terhadapnya, bahkan jika itu adalah sesuatu yang buruk. Indikasi awal dari penakut adalah diam dan tidak mau melawan keburukan yang dilakukan padanya.
  • Syaja’ah atau pemberani. Pemberani adalah sifat antara penakut atau Jubnu, dan sifat sembrono atau Tahawur. Artinya, Syaja’ah adalah berani atas perhitungan yang matang, bukan tanpa perhitungan sama sekali. Artinya, jika melakukan sesuatu akan mendatangkan banyak manfaat, maka sesuatu itu boleh dilakukan. Sebaliknya, jika tidak melakukan sesuatu tersebut justru berefek baik, maka itulah yang dipilih.
  • Tahawur atau sembrono. Tahawur adalah bertindak tanpa memperhitungkan hal-hal yang seharusnya diketahui terlebih dahulu. Tahawur adalah melakukan satu gerakan kemajuan, tetapi tidak memperjelas terlebih dahulu gerakan seperti apa yang harus dilakukan untuk membuat kemajuan. Tentu saja bukan kemajuan yang akan didapat dengan sikap tahawur, melainkan kemunduran.
  • Tajaddud atau pembaharuan. Tajaddud sering juga disebut sebagai revolusi. Revolusi adalah perubahan atau gerakan untuk berubah menjadi lebih baik lagi. Sifat Tajaddud, bukan hanya terlihat dari gerakan atau hal fisik tertentu, namun lebih ke arah perubahan pola pikir yang maju dan berkembang. Sebab dari pola pikir, seseorang akan bersikap lebih bijak dalam segala situasi.
  • Tarof atau bermewah-mewahan. Tarof adalah salah satu sifat yang akan membawa dampak buruk pada diri. Mengapa? Sebab orang yang memiliki sifat Tarof tidak pernah memperhitungkan apa yang benar-benar berguna baginya. Sifat Tarof cenderung membuat seseorang lebih mementingkan tampilan daripada kegunaan.

Keutamaan Akhlak

Seperti yang banyak disampaikan oleh banyak ahli kebaikan, Nabi diutus untuk menyempurnakan akhlak. Banyak orang yang mengolok-olok Nabi sebagai orang gila, tidak berpendidikan, dan lain sebagainya. Tetapi, perihal Nabi dikatakan gila itu tidak benar. Nabi tidak gila, sebaliknya Nabi adalah orang yang memiliki budi pekerti baik. Ini seperti yang disebutkan Allah di dalam Surat al Qalam.

وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ

 (القلم/4)

Satu ketika ada seseorang yang menanyakan kepada Nabi apa sebenarnya Husnul Khuluq atau akhlak yang baik. Nabi lantas membacakan ayat:

خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ

  (الأعراف/199)

Husnul Khuluq adalah menjadi seseorang yang mudah memaafkan, memerintah kebaikan, dan jangan pedulikan orang bodoh yang berbuat buruk atau mengatakan buruk tentang itu. Nabi lantas menjelaskan ayat tersebut dengan hadits.

هو أن تصل قطعك وتعطي من حرمك وتعفو ظلمك

Husnul Khuluq adalah menyambung silaturrahim yang terputus, ini sama dengan mudah memberi maaf; memberi hadiah atau sesuatu pada orang yang membenci, ini sama dengan memerintah berbuat baik meski itu pada diri sendiri; serta memaafkan orang yang berbuat dholim, ini adalah cara terbaik untuk mengabaikan orang bodoh.

Lalu apa keutamaan akhlak? Dalam satu hadits Nabi menyampaikan, amal paling berat yang diletakkan di mizan adalah bertaqwa kepada Allah, serta Husnul Khuluq. Bunyi haditsnya adalah sebagai berikut:

أثقل ما يوضع في الميزان يوم القيامة تقوى الله وحسن الخلق

Nabi bahkan menjawab husnul khuluq ketika ditanya ‘apakah agama itu?’. Ini menunjukkan bahwa sebenarnya husnul khuluq adalah bagian dasar sebuah agama. Dengan begitu, setiap orang yang agamanya baik, dia selalu memiliki akhlak yang baik. Sebaliknya, seorang yang agamanya tidak cukup baik, maka tidak cukup baik pula akhlaknya.

Dalam satu kesempatan yang lain, Nabi ditanya tentang apa sebenarnya amal yang paling baik. Jawaban Nabi singkat saja, Husnul Khuluq.

Karena itu, ketika seorang sahabat menceritakan ada seorang ahli ibadah yang selalu berpuasa dan sholat malam, Nabi menjawab ahli ibadah itu adalah ahli neraka. Sebab, masih kata sahabat, ahli ibadah itu memiliki akhlak yang buruk. Dia suka menyakiti tetangganya dengan ucapan-ucapan yang pedas.

Masih tentang akhlak yang baik, Nabi pernah juga ditanya tentang siapa mukmin yang paling bagus imannya. Lalu apa jawab Nabi? Orang yang paling bagus imannya adalah orang yang paling bagus akhlaknya. Menarik, ini amat menarik.

Demikian kiranya. Semoga ini bisa menjadi pembelajaran atau semacam pengingat. Dan akhirnya, pembahasan tentang pengertian akhlak, pembagian, dan keutamaannya di atas bukan hanya sekadar tulisan biasa. Tetapi benar-benar menjadi tulisan yang bisa bermanfaat bagi pembacanya. Semoga berkah. Salam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *