Sudah pernah mendengar Ilmu Kalam, bukan? Salah satu pengetahuan yang menjadi materi di perkuliahan tersebut cukup menarik untuk dipelajari. Hal ini lantaran setiap jenjang semester di Universitas/Institut/Sekolah Tinggi tidak terlepas daripada materi ilmu kalam. Oleh karena itulah pada artikel ini akan menjelaskan secara lengkap terkait definisinya.
Ilmu Kalam
Ilmu Kalam biasa juga disebut dengan Ushuluddin. Tetapi ada juga yang menyebut Teologi Islam atau Ilmu Tauhid. Memang baik Ushuluddin, Teologi Islam, atau Ilmu Tauhid tidak mewakili Ilmu Kalam secara keseluruhan. Masing-masing ilmu tersebut juga berbeda. Tetapi, masing-masing materi Ushuluddin, Teologi Islam, atau Ilmu Tauhid, masuk ke dalam materi Ilmu Kalam.
Ilmu Ushuluddin mempelajari tentang pokok agama Islam atau hal-hal fiqhiyyah, dan materi ini menjadi bagian dari Ilmu Kalam. Ilmu Tauhid mempelajari tentang ketauhidan atau keesaan Allah, dan Ilmu Kalam mempelajari itu juga. Teologi membahas tentang kebenaran agama, dan Ilmu Kalam pula membahas materi tersebut.
Pengertian Ilmu Kalam
Arti ilmu kalam adalah bagian omongan atau pembicaraan. Atau bisa juga disebut sebagai ilmu yang menjadi topik pembicaraan. Namun, jika merunut penjelasan yang sudah ditulis sebelumnya, Ilmu Kalam adalah adalah ilmu terkait keesaan Allah, pemikiran, dan kebenaran hal-hal di dalam Islam.
Hal ini tidak terlepas daripada makna secara bahasa, yakni kalam adalah omongan atau pembicaraan.
Dasar Hukum Ilmu Kalam
Ada hukum tersendiri mempelajari Ilmu Kalam. Kelompok Ahlussunnah wal jamaah berpendapat, hukum mempelajari Ilmu Kalam bisa menjadi haram, bisa wajib, atau sunnah. Namun jika merunut asalnya, hukum mempelajari Ilmu Kalam adalah mubah atau boleh.
Tujuan utama mempelajari Ilmu Kalam adalah memperkuat akidah seseorang. Atas tujuan inilah hukum mempelajari Ilmu Kalam tersebut diperbolehkan. Hanya saja, tidak semua hal memiliki efek yang sama pada setiap orang. Demikian juga dengan mempelajari Ilmu Kalam.
Hukum mempelajari Ilmu Kalam menjadi haram jika ditakutkan keyakinan seseorang akan goyah lantaran mempelajari ilmu tersebut.
Hal ini juga penyebab mengapa Ilmu Kalam tidak boleh dipelajari oleh orang awam. Alasannya itu tadi, ditakutkan keyakinan seseorang akan pudar karena mempelajari ilmu tersebut.
Anda pun tentu merasakan, mempelajari ilmu tauhid misalnya, yang materinya juga ada di dalam Ilmu Kalam, bukan perkara yang mudah. Butuh nalar yang benar-benar terbuka untuk mempelajarinya. Itupun kadang arah pikiran sering berbelok dan membuat keyakinan naik-turun.
Unsur Ilmu Kalam
Ada beberapa hal yang menjadi unsur di dalam Ilmu Kalam. Beberapa hal itu adalah al-Quran, hadits, pemikiran, serta insting manusia. Dua hal yang terakhir ini yang membuat belajar Ilmu Kalam benar-benar menguras pikiran dan nalar.
-
Al Quran
Ini terutama ayat-ayat yang berkaitan dengan ketuhanan dan sifat-sifat Allah. Beberapa ayat terkait dengan itu adalah ayat-ayat dalam Surat al-Ikhlas, dalam Surat al-Furqon, juga dalam Surat al-Fath.
Ayat dalam Surat al-Ikhlas menceritakan tentang keesaan Allah. Dalam surat tersebut disebutkan, bahwa Allah bersifat esa, tidak beranak, juga tidak memiliki ibu bapak. Sedikit berbeda dengan ayat 59 dalam Surat al-Furqon yang menceritakan tentang kekuasaan Allah dalam menciptakan langit dan bumi. Di dalam ayat tersebut dijelaskan, Allah menciptakan langit dan bumi dalam kurun waktu enam hari.
Lain dengan al-Ikhlas dan al-Furqon, lain lagi surat Fath khususnya pada ayat 10. Dalam ayat tersebut Allah menjelaskan tentang pahala dan balasan. Dan tentu saja, ini berkaitan dengan keyakinan seorang muslim atas agama yang dipegangnya.
Berturut-turut bunyi Surat al-Ikhlas, Surat al-Furqon ayat 59, serta Surat al-Fath ayat 10, adalah sebagai berikut:
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (1) اللَّهُ الصَّمَدُ (2) لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (3) وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ (4) . الاخلاص.
الَّذِي خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ الرَّحْمَنُ فَاسْأَلْ بِهِ خَبِيرًا
( الفرقان :59)
الَّذِينَ يُبَايِعُونَكَ إِنَّمَا يُبَايِعُونَ اللَّهَ يَدُ اللَّهِ فَوْقَ أَيْدِيهِمْ فَمَنْ نَكَثَ فَإِنَّمَا يَنْكُثُ عَلَى نَفْسِهِ وَمَنْ أَوْفَى بِمَا عَاهَدَ عَلَيْهُ اللَّهَ فَسَيُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا
الفتح :10
-
Hadits
Salah satu unsur yang ada dalam ilmu kalam adalah hadits riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim berikut ini:
عن أبي هُرَيْرَةَ قال كان النبيُّ صلى الله عليه وسلم بارزًا يومًا للناسِ فأَتاه رجلٌ فقال : ما الإيمان قال : الإيمان أن تؤمنَ بالله وملائكتِهِ وبلقائِهِ وبرسلِهِ وتؤمَن بالبعثِ قال : ما الإسلامُ قال : الإسلامُ أن تعبدَ اللهَ ولا تشركَ به وتقيمَ الصلاةَ وتؤدِّيَ الزكاةَ المفروضةَ وتصومَ رمضانَ قال :
ما الإحسان قال : أن تعبدَ الله كأنك تراهُ، فإِن لم تكن تراه فإِنه يراك قال:
متى الساعةُ قال : ما المسئولُ عنها بأَعْلَم مِنَ السائل، وسأُخبرُكَ عن أشراطِها؛ إِذا وَلَدَتِ الأَمَةُ رَبَّهَا، وَإِذا تطاولَ رُعاةُ الإبِلِ البَهْمُ في البنيان، في خمسٍ لا يعلمهنَّ إِلاَّ الله ثم تلا النبيُّ صلى الله عليه وسلم ( إِنَّ الله عنده علم الساعة ) الآية : ثم أدبر فقال : رُدُّوه فلم يَرَوْا شيئاً فقال
هذا جبريل جاءَ يُعَلِّمُ الناسَ دينَهم . متفق عليه
Hadits tersebut menjelaskan tentang pengertian iman. Saat itu Nabi ditanya tentang iman. Lalu, Nabi menjawab iman adalah percaya. Percaya kepada allah, malaikat, rasul, dan kiamat. Nabi lantas ditanya lagi tentang islam dan ihsan.
Untuk islam, Nabi menjawab, adalah menyembah allah, tidak menyekutukan, melaksanakan sholat, mengeluarkan zakat, dan berpuasa. Lalu, tentang ihsan, Nabi memberi jawaban, beribadah seolah melihat Allah atau seakan dilihat Allah.
Pertanyaan berlanjut. Nabi ditanya tentang kapan datang hari kiamat. Apa jawaban Nabi? Nabi menunjukkan tanda kiamat, bukan kapan tepatnya hari kiamat. Tanda yang disebutkan Nabi adalah:
- Jika ada seorang tuan lahir dari budaknya.
- Jika penggembala telah berlomba membuat bangunan yang megah.
Dan pada akhirnya, Nabi membacakan ayat tentang pengetahuan tentang datangnya hari kiamat. Ketika orang yang ditanya pergi, Nabi memberi tahu sahabat-sahabatnya, bahwa orang yang bertanya tentang iman, islam, ihsan, hari kiamat, adalah Malaikat Jibril.
-
Pemikiran Manusia
Salah satu unsur Ilmu Kalam adalah pemikiran. Inilah yang menyebabkan Ilmu Kalam adalah bagian dari ilmu filsafat dan teologi islam. Dan karena inilah juga, Ilmu Kalam tidak disarankan bagi orang yang awam soal agama. Tentu saja, akan sangat mungkin seseorang berbelok arah dari keyakinan semula menuju keyakinan yang keliru jika tidak kuat benar pijakan keyakinannya atas islam.
Sebenarnya, di dalam islam sendiri ada dalil quran yang meminta manusia untuk berpikir. Dan ini juga yang menjadi pijakan mengapa dalam Ilmu Kalam ada bagian pemikiran manusia. Namun lagi-lagi tidak semua orang mampu melakukan hal itu.
Apalagi, pemikiran yang dipakai dalam Ilmu Kalam tidak hanya berasal dari kalangan muslim, tetapi juga non muslim yang filsuf. Ayat terkait hal itu adalah:
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْءَانَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا
( محمد : 24)
-
Insting Manusia
Insting manusia yang mengantar manusia bertuhan. Lantaran tidak menemukan, manusia lantas menuhankan apa saja hingga memunculkan paham animisme atau dinamisme yang menuhankan benda karena memiliki kekuatan atau semacamnya.
Jenis Ilmu Kalam dan Contohnya
Ada beberapa jenis aliran yang dibahas di dalam Ilmu Kalam. Aliran-aliran ini berkaitan dengan sejarah munculnya Ilmu Kalam, yakni peperangan antara muawiyah dan ali. Aliran yang dimaksud adalah sebagai berikut:
- Golongan ini adalah golongan yang keluar dari kelompok Ali bin Abi Tholib, tetapi juga bukan golongan Muawiyyah. Dalam pandangan mereka, setiap orang yang melakukan dosa baik kecil atau besar, menjadi kufur. Kekhalifahan juga tidak harus dipimpin oleh orang muslim, tetapi kafir pun bisa menjadi khalifah.
- Murji’ah. Ini adalah kelompok netral saat terjadi peperangan antara ali dan muawiyah. Menurutnya, orang yang memiliki dosa kecil atau besar tidak menjadi kafir, tetapi juga tidak muslim. Semua kembali kepada Allah.
Aliran lain yang juga menjadi bagian pembahasan Ilmu Kalam adalah Aliran Qodariyah dan Jabariyah. Aliran Qodariyah memiliki paham manusia dapat memilih baik dan buruk. Perbuatan buruk yang dilakukan akan mendapat balasan setimpal.
Berbeda dengan Jabbariyah yang menganggap perbuatan buruk manusia karena keterpaksaan. Alasannya, semua yang dilakukan manusia adalah kehendak Allah.
Demikian penjelasan secara singkat namun juga lengkap tentang pengertian ilmu kalam, dasar hukum, unsur, jenis, dan contoh kajiannya. Semoga melalui ulaan ini bisa memberikan referensi serta bermanfaat bagi segenap pembaca sekalian.