Pengertian Sholat Jamak Takdim, Hukum, Syarat, Rukun, dan Tata Caranya

Diposting pada

Sholat Jamak Takdim Adalah

Bepergian sudah menjadi hal yang wajar bagi banyak orang. Masalahnya, kewajiban shalat yang ada dalam rukun Islam dalam keadaan bepergian menjadi lebih sulit dilaksanakan. Inilah mengapa, seseorang lantas melaksanakan shalat jamak takdim untuk mempermudah pelaksanaan kewajiban shalatnya.

Sholat Jamak Takdim

Memahami shalat jamak taqdim tentu harus juga memahami maksud shalat jamak itu sendiri. Shalat jamak adalah salah satu cara shalat yang menjadi rukhshoh atau keringanan bagi orang yang tengah berada dalam perjalanan. Shalat jamak tersebut dilaksanakan dengan menggabungkan dua shalat untuk dilakukan dalam satu waktu shalat.

Shalat dhuhur misalnya, digabungkan dengan shalat ashar. Shalat maghrib contohnya, digabungkan dengan shalat isyak. Dua shalat itu sudah menjadi pasangan yang tidak boleh dipisahkan. Ditukar pun tidak boleh, sebagaimana shalat subuh yang tidak boleh digandengkan dengan shalat apapun.

Shalat jamak sendiri terbagi menjadi dua, yaitu;

  1. Jamak takdim
  2. Jamak ta’khir

Keduanya memiliki perbedaan dalam hal syarat, meski pun secara pengertian tidak jauh berbeda. Pada bagian ini, hanya jamak takdim saja akan dibahas. Sehingga, jika Anda bermaksud mencari tahu penjelasan tentang jamak takhir, Anda harus membuka ulasan lain yang khusus membahas tentang jamak takhir.

Pengertian Shalat Jamak Taqdim

Sholat jamak takdim adalah menggabungkan dua shalat untuk dilaksanakan pada waktu pertama. Jamak takdim bisa juga diartikan dengan shalat jamak yang dilaksanakan pada waktu pertama. Shalat jamak maghrib dan isyak misalnya, jika dilakukan pada waktu maghrib, maka itulah yang dimaksud dengan jamak takdim.

Contoh shalat jamak takdim yang lain adalah shalat jamak dhuhur dan isyak yang dilakukan pada waktu dhuhur. Tentu saja, pelaksanaan shalat jamak tersebut selama waktu dhuhur masih dan belum masuk waktu ashar. Sebab, jika shalat tersebut dilaksanakan ketika sudah masuk waktu ashar, nama dan syarat shalat jamak tersebut sudah menjadi berbeda.

Demikian juga dengan shalat jamak maghrib dan isyak, selama waktu shalat maghrib masih, shalat jamak takdim masih bisa dilaksanakan. Jika waktu shalat maghrib habis dan sudah masuk waktu isyak, maka shalat jamak takdim sudah tidak bisa dilaksanakan. Yang bisa dilaksanakan lantas adalah shalat jamak takhir.

Tentu penjelasan tentang pengertian shalat jamak takdim ini bisa dipaham. Dan untuk memahami lebih jelas lagi, ada baiknya Anda baca ulasan lanjutan tentang hukum dan syarat yang harus dipenuhi untuk bisa melaksanakan shalat jamak ini.

Hukum Sholat Jamak Takdim

Sepanjang seseorang sudah memenuhi syarat melaksanakan diperbolehkannya shalat jamak, shalat jamak takdim bisa dilakukan. Sebab shalat ini adalah bagian dari rukhsah atau keringanan untuk melaksanakan ibadah wajib yang tetap dibebankan kepada Muslim dalam keadaan apapun.

Lantas mengapa status hukum shalat jamak takdim hanya boleh, bukan sunnah atau yang lain? Syekh Ibrahim al Bajuri menjelaskan dalam kitabnya, hukum shalat jamak takdim boleh karena melakukan shalat seperti pada umumnya masih tetap lebih baik. Maksudnya, jika dalam perjalanan misalnya, bisa melaksanakan shalat sebagaimana waktu yang sudah ditentukan, tentu tidak perlu melaksanakan shalat jamak.

Apa alasannya? Meninggalkan shalat jamak atau melaksanakan shalat sebagaimana biasa lebih bisa menjaga dari hal-hal yang sifatnya khilafiyyah.

Sebab, tidak dipungkiri, ada banyak perbedaan pendapat dalam penentuan syarat pelaksanaan shalat jamak, termasuk jamak takdim. Untuk itu, memilih tidak menjamak shalat adalah langkah terbaik untuk menghindari khilafiyyah tersebut.

Lain itu, semacam ada penghilangan waktu shalat jika shalat jamak dilaksanakan. Dalam pelaksanaan shalat jamak takdim dhuhur dan ashar misalnya, waktu pelaksanaan dua shalat tersebut ada di waktu ashar. Dengan demikian, waktu shalat dhuhur seperti dibuang.

Dengan dua alasan tersebut, akhirnya Syekh Ibrahim al Bajuri berpendapat melaksanakan shalat sebagaimana biasa dalam perjalanan tetap lebih utama. Namun, jika karena tidak menjamak shalat lantas seseorang tidak bisa shalat secara berjamaah misalnya, maka menjamak shalat tetap yang utama. Keadaan semacam itu bisa saja terjadi karena Anda mengikuti rombongan yang melaksanakan shalat dengan cara dijamak.

Syarat Sholat Jamak Takdim

Mengulas jamak takdimadalah  hal menarik jika Anda berniat melaksanakan perjalanan. Pasalnya, orang yang dalam perjalanan tetap memiliki kewajiban shalat. Sedang begitu, melaksanakan shalat di perjalanan belum tentu semudah melaksanakan shalat di rumah.

Kembali pada shalat jamak takdim, apa saja sebenarnya syarat untuk melaksanakan shalat jamak takdim? Syarat yang harus dipenuhi sebelum melaksanakan shalat jamak takdim adalah sebagai berikut:

Perjalanan yang dilakukan bukan merupakan perjalanan maksiat

Hal ini menjadi syarat utama untuk melaksanakan shalat jamak, termasuk shalat jamak takdim. Contoh perjalanan yang bukan maksiat adalah perjalanan untuk suatu hal yang wajib, sunnah, atau mubah. Perjalanan untuk suatu hal yang wajib contohnya adalah perjalanan untuk membayar hutang kepada seseorang.

Contoh perjalanan yang sunnah adalah perjalanan untuk tujuan silaturrahmi. Contoh perjalanan yang mubah adalah perjalanan dalam rangka berdagang atau tujuan-tujuan bisnis tertentu.

Jarak tempuhnya sudah cukup untuk melaksanakan shalat jamak

Jarak perjalanan yang memperbolehkan shalat jamak adalah 16 pos atau 2 marhalah. Hitungan tersebut adalah hitungan Fiqih. Jarak tersebut jika diterjemahkan ke dalam hitungan kilometer menjadi 80,64 km. Ada juga ulama yang menterjemahkannya menjadi 88,704 km. Namun, kebanyakan ulama menterjemahkan jarak tersebut menjadi 119,9 km.

Rukun dan Tata Cara Sholat Jamak Takdim

Secara umum, rukun shalat jamak sama dengan rukun shalat pada umumnya. Niat berbarengan dengan takbirotul ihram, lalu melaksanakan rukun-rukun yang lain secara berurutan. Gambaran umumnya sama. Tidak berbeda sama sekali.

Namun begitu, pada shalat jamak terdapat hal-hal teknis yang harus dilaksanakan. Hal-hal tersebut adalah:

Shalat jamak takdim dilaksanakan dengan tertib

Pelaksanaan shalat jamak takdim tidak bisa dibolak-balik. Dalam shalat jamak takdim dhuhur dan ashar misalnya, shalat yang pertama dilaksanakan harus shalat dhuhur dulu, baru kemudian shalat ashar. Tidak bisa dibalik.

Demikian juga ketika melaksanakan shalat jamak takdim maghrib dan isyak, shalat yang pertama dilaksanakan harus shalat maghribnya dulu. Setelah shalat maghrib selesai, baru shalat isyaknya dilaksanakan. Jika ini dibalik, maka shalat jamak yang dilaksanakan menjadi tidak sah dan harus diulang.

Shalat jamak takdim harus dilaksanakan dengan berurutan

Tidak hanya harus tertib dan tidak boleh dibolak-balik, shalat jamak takdim juga harus dilaksanakan secara berurutan. Artinya, tidak ada jeda antara shalat yang pertama dengan yang kedua. Atau ada jeda, namun secara umum orang mengatakan jeda itu tidak lama. Contoh jeda yang tergolong lama adalah sholat, lalu tidur, lalu melaksanakan shalat yang kedua.

Niat jamak pada ketika melaksanakan shalat yang pertama

Niat jamak ini dilaksanakan pada saat melakukan shalat yang awal. Dalam pelaksanaan shalat jamak takdim dhuhur dan ashar, niat jamak dilaksanakan ketika melaksanakan shalat dhuhur. Dalam pelaksanaan shalat jamak takdim maghrib dan isyak, niat jamak dilaksanakan pada saat shalat maghrib.

Dengan demikian, Niat shalat ashar pada saat jamak takdim seperti shalat pada umumnya. Tidak berubah sama sekali. Namun, niat shalat dhuhurnya berubah menjadi:

أصلي فرض الظهر اَرْبَعَ رَكَعَاتٍ مَجْمُوْعًا بِالْعَصْرِجَمْعَ تَقْدِيْمٍ إماما /مأموما لله تعالي

Niat shalat isyak pada saat melaksanakan shalat jamak takdim juga tidak berubah. Tetapi, niat shalat maghribnya berubah menjadi:

أصلي فرض المغرب ثَلَاثَ رَكَعَاتٍ مَجْمُوْعًا بِالْعِشَاءِ جَمْعَ تَقْدِيْمٍ إماما /مأموما لله تعالي

Sebagai tambahan, shighot jamak tersebut sebenarnya tidak harus berada pada saat takbirotul ihrom berbarengan dengan niat shalat. Shighot jamak tersebut boleh dilakukan di tengah melaksanakan shalat yang pertama. Bahkan, ketika dilaksanakan bersamaan dengan salam saja, shalat jamak takdim masih dihukumi sah.

Yang tidak boleh adalah ketika niat jamak atau shighot jamak tersebut dilakukan sebelum takbirotul ihrom shalat yang pertama.

Jika itu dilakukan, maka shalat jamak menjadi tidak sah. Atau ketika niat jamak dilaksanakan setelah salam shalat yang pertama, shalat jamak juga menjadi tidak sah. Penjelasan ini tercantum dalam Kitab Hasyiyatul Bajuri yang dikarang oleh Syekh Ibrahim al Bajuri.

Kiranya ulasan shalat jamak takdim ini menjadi cukup. Semoga ulasan tentang pengertian sholat jamak takdim, hukum, syarat, rukun, dan tata caranya ini bisa bermanfaat dan membantu Anda memahami shalat jamak takdim. Demikian dan salam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *