Sering kali dalam tausiah-tausiah keagamaan, silaturrahmi selalu disinggung. Pasalnya, ada manfaat luar biasa yang muncul dari silaturrahmi yang sudah terjalin atas seseorang dengan yang lainnya. Lantas, apa sebenarnya silaturahmi tersebut? Berikut bisa anda baca ulasannya.
Silaturahmi
Kata silaturrahmi sebenarnya adalah bentukan dari dua kata yang berasal dari Bahasa Arab. Kata pertama adalah shilah yang artinya sambung atau menyambung, atau bisa juga diartikan dengan hubungan. Kata kedua dari silaturrahmi adalah rahmi itu sendiri. Apa arti kata rahmi? Arti kata rahmi adalah kerabat.
Selain berarti kerabat, sebenarnya kata rahmi juga bisa diartikan peranakan. Inilah alasan mengapa, ada pendapat yang menyatakan istilah yang benar adalah silaturahim, bukan silaturrahmi. Kata rahim artinya kasih sayang, sedang kata rahmi berarti peranakan.
Meski demikian, istilah silaturahmi tidak sepenuhnya salah. Sebab, kata rahmi juga bisa berarti kasih sayang. Hanya saja, ada tambahan arti peranakan pada arti kata rahmi, tidak seperti kata rahim yang hanya memiliki arti kasih sayang saja.
Atas perbedaan pendapat ini, lantas ada orang yang menyebut silaturrahmi dengan menjalin hubungan kekerabatan dan memang benar-benar kerabat dalam arti yang sebenarnya. Artinya, silaturrahmi ini dilakukan antara orang-orang yang memiliki hubungan darah saja.
Pengertian Silaturrahmi
Silaturrahmi adalah hubungan silaturrahim tidak hanya dijalin antar orang yang memiliki hubungan darah saja, tetapi juga orang-orang yang di luar itu. Sebab, kata rahim adalah kasih sayang dan sama sekali tidak menunjuk pada arti peranakan atau hubungan darah.
Terlepas dari arti bahasa tersebut, sebenarnya silaturrahmi yang dimaksud kebanyakan orang adalah melakukan perbuatan baik kepada kerabat atau siapapun, baik dalam sikap, tutur, atau hal lain. Memang, secara sempit, silaturrahmi adalah mengunjungi. Namun, tidak pun mengunjungi, selama tetap berkomunikasi dan berbuat baik, itu adalah bagian dari silaturrahmi.
Tujuan Silaturahmi
Dari apa yang dituturkan di atas, sebenarnya sudah jelas tujuan dari silaturrahmi. Tujuannya adalah untuk menjaga hubungan baik antar satu orang dengan orang lainnya. Bisa antar orang yang memiliki hubungan kekerabatan, bisa juga antar orang yang bahkan hanya sekadar kenal saja.
Jenis Silaturrahmi
Dengan tujuan tersebut, maka ada beberapa jenis silaturrahmi yang biasa dilakukan dalam sisi pandang keislaman. Beberapa jenis tersebut adalah sebagai berikut:
Silaturrahmi dengan kerabat
Silaturrahmi ini adalah silaturrahmi yang dilakukan dengan orang-orang yang memiliki hubungan darah saja. Silaturrahmi ini tentu adalah silaturrahmi yang paling utama dibanding dengan silaturrahmi yang lain. Sebab menjaga hubungan kekerapan akan menolak hadirnya konflik atau perpecahan dalam Islam.
Silaturrahmi antar muslim
Silaturrahmi ini adalah silaturrahmi yang dilakukan antara umat muslim satu dengan umat muslim yang lain. Silaturrahmi ini juga sering disebut sebagai cara untuk menjaga ukhuwah islamiyyah. Tentu Anda sudah sering mendengar istilah ukhuwah islamiyyah, bukan?
Silaturrahmi dengan non muslim
Silaturrahmi ini adalah silaturrahmi antara seorang muslim dengan golongan di luarnya. Ini sudah menjadi tradisi di dalam Islam. Sejak zaman Nabi dulu, silaturrahmi dengan non muslim juga sudah dilakukan. Sekarang pun tentu juga begitu. Bukan hanya untuk menunjukkan sifat Islam yang rahmatal lil ‘alamin, tetapi juga untuk menjadi manusia yang bersosial baik.
Pada akhirnya, tidak ada alasan untuk tidak berbuat baik. Sebab, Islam sendiri tidak membeda-bedakan kepada siapa seseorang harus menjalin silaturrahmi dan menjaganya. Itu artinya, kepada siapapun, seseorang dituntut untuk berbuat baik dan selalu mengasihi.
Tidak perlu menunggu orang lain berbuat baik terlebih dahulu, berusaha menjadi orang yang mengawali berbuat baik tentu lebih utama.
Keutamaan Silaturahmi
Keutamaan silaturrahmi sangat banyak. Beberapa keutamaan tersebut adalah seperti yang dituturkan berikut ini:
- Silaturrahmi adalah bagian dari iman kepada Allah dan hari kiamat. Hal ini sebagaimana yang disampaikan hadits dalam Shohih Bukhari. Dalam hadits tersebut, orang yang beriman akan selalu memuliakan tamu yang datang ke rumahnya. Dia juga akan menjaga silaturrahmi dan mengucapkan hal baik saja.
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا هِشَامٌ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنِ الزُّهْرِىِّ عَنْ أَبِى سَلَمَةَ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – عَنِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ « مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
- Silaturrahmi bisa melapangkan rizki. Dimana hal ini seperti yang disampaikan Nabi lewat haditsnya. Hadits yang mana? Hadits di bawah, yang juga ditulis dalam kitab hadits shohih Imam Bukhari.
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِى يَعْقُوبَ الْكِرْمَانِىُّ حَدَّثَنَا حَسَّانُ حَدَّثَنَا يُونُسُ حَدَّثَنَا مُحَمَّدٌ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ – رضى الله عنه – قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَقُولُ « مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ رِزْقُهُ أَوْ يُنْسَأَ لَهُ فِى أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
- Silaturrahmi bisa menjadi sebab seorang masuk ke dalam surga. Dalam hadits yang juga diambil dari Shohih Bukhari, Nabi ditanya tentang amal yang bisa menyebabkan seseorang masuk ke dalam surga. Lalu Nabi menyebut amal-amal yang bisa menyebabkan seseorang masuk surga. Dan salah satu ama tersebut adalah silaturrahmi.
حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ عُمَرَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنِ ابْنِ عُثْمَانَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَوْهَبٍ عَنْ مُوسَى بْنِ طَلْحَةَ عَنْ أَبِى أَيُّوبَ رضى الله عنه أَنَّ رَجُلاً قَالَ لِلنَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – أَخْبِرْنِى بِعَمَلٍ يُدْخِلُنِى الْجَنَّةَ . قَالَ مَا لَهُ مَا لَهُ وَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « أَرَبٌ مَالَهُ ، تَعْبُدُ اللَّهَ ، وَلاَ تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا ، وَتُقِيمُ الصَّلاَةَ ، وَتُؤْتِى الزَّكَاةَ ، وَتَصِلُ الرَّحِمَ
- Orang yang memutus silaturrahmi sama dengan memutus hubungannya dengan Allah. Ini seperti hadits yang masih diambil dari Shohih Bukhari. Dalam hadits tersebut, Nabi menyampaikan, hubungan baik atau kasih sayang itu menyambung ke arasy. Itu sebabnya, orang yang memutus silaturrahmi sama hal dengan memutus hubungannya dengan Allah. Sebaliknya, orang yang menyambung silaturrahmi, maka dia juga menyambung silaturrahmi dengan Allah.
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِى شَيْبَةَ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ – وَاللَّفْظُ لأَبِى بَكْرٍ – قَالاَ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ أَبِى مُزَرِّدٍ عَنْ يَزِيدَ بْنِ رُومَانَ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « الرَّحِمُ مُعَلَّقَةٌ بِالْعَرْشِ تَقُولُ مَنْ وَصَلَنِى وَصَلَهُ اللَّهُ وَمَنْ قَطَعَنِى قَطَعَهُ اللَّهُ
- Orang yang memutus silaturrahmi tidak akan masuk ke dalam surga. Hal ini dituturkan Nabi melalui hadits yang tercatat dalam Shohih Muslim. Bunyi haditsnya adalah:
حَدَّثَنِى عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ أَسْمَاءَ الضُّبَعِىُّ حَدَّثَنَا جُوَيْرِيَةُ عَنْ مَالِكٍ عَنِ الزُّهْرِىِّ أَنَّ مُحَمَّدَ بْنَ جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ أَخْبَرَهُ أَنَّ أَبَاهُ أَخْبَرَهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعُ رَحِمٍ
Contoh Silaturahmi
Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk silaturrahmi. Bukan hanya berkunjung, menolong dan membantu juga bagian dari silaturrahmi. Menghutangi uang orang lain ketika tengah diperlukan juga bagian dari silaturrahmi kepada orang tersebut. Mengucap salam ketika bertemu juga bagian dari silaturrahmi, termasuk juga menanyakan kabar.
Pada intinya, silaturrahmi adalah berbuat baik. Perbuatan baik apa yang akan Anda lakukan sangat tergantung dengan kebutuhan. Jadi, tidak melulu pada berkunjung dan mengunjungi saja.
Hal yang dituturkan di atas adalah cara untuk menjaga silaturrahmi. Selain itu, ada hal menarik lagi, yaitu perihal orang yang membuat silaturrahmi atau orang yang menjalin silaturrahmi. Siapa sebenarnya orang yang disebut sebagai orang yang menjalin silaturrahmi? Nabi menuturkan hadits yang termaktub di dalam Shohih Bukhari.
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ كَثِيرٍ أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ عَنِ الأَعْمَشِ وَالْحَسَنِ بْنِ عَمْرٍو وَفِطْرٍ عَنْ مُجَاهِدٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو – وَقَالَ سُفْيَانُ لَمْ يَرْفَعْهُ الأَعْمَشُ إِلَى النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – وَرَفَعَهُ حَسَنٌ وَفِطْرٌ – عَنِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ « لَيْسَ الْوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ ، وَلَكِنِ الْوَاصِلُ الَّذِى إِذَا قَطَعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا
Lewat hadits tersebut, Nabi menyampaikan, orang yang menjalin silaturrahmi bukan orang yang membalas kebaikan orang lain dengan kebaikan. Sebaliknya, orang yang berbuat baik kepada orang yang telah memutus silaturrahmi dengannya itulah, orang yang sebenarnya menjalin silaturrahmi.
Demikian ulasan tentang pengertian silaturahmi, tujuan, keutamaan, dan contohnya. Semoga bisa menjadi pemicu agar Anda atau siapapun orang yang membaca ulasan ini, untuk lebih bersemangat menjalin silaturrahmi dengan siapa saja. Salam.