Pengertian Durhaka, Hukum, 4 Macam, dan Contohnya

Diposting pada

Durhaka Adalah

Masih ingat dengan cerita Malin Kundang? Cerita itu adalah cerita daerah dari Tanah Sumatera. Cerita tentang anak durhaka itu begitu tersohor dan sangat lekat dengan kata durhaka. Lantas apa sebenarnya pengertian durhaka, hukum, macam, dan contohnya? Berikut ini ulasannya.

Namun yang pastinya perlu disepakati bahwa adanya tindakan durhaka ini dapat melanggar atau mengabaikan kewajiban atau tanggung jawab terhadap orang tua, pemimpin, atau otoritas yang lebih tinggi. Sehingga atas dasar inilah istilah ini merujuk pada perbuatan yang tidak menghormati, tidak taat, atau tidak patuh terhadap orang yang memiliki kedudukan atau wewenang yang lebih tinggi dalam hubungan sosial.

Pengertian Durhaka

Durhaka adalah segala bentuk prilaku yang menunjukkan ketidaktaatan pada seseorang yang didurhakai. Ketidaktaatan itu bisa dalam bentuk perselisihan atau menyakiti hati orang yang didurhakai tersebut.

Catatan, perselisihan yang dimaksud di sini bisa dengan perselisihan yang membuat orang yang didurhakai legowo, melainkan menimbulkan sakit hati dan sudah berbentuk tindakan

Sedangkan untuk kata durhaka dalam bahasa arab disebut dengan uquq (عقوق). Uququl walidain artinya durhaka kepada orang tua atau bapak-ibu. Walidain artinya adalah dua orang tua. Uququl ummahat artinya durhaka kepada ibu. Ummahat artinya ibu menggunakan bentuk jamak..

Jika perselisihan itu hanya tersimpan di dalam hati dan tidak diungkapkan, diucapkan, atau dilakukan, itu masih maklum. Artinya, selama seseorang masih bisa menjaga sikap dan hati seseorang, dia masih belum bisa disebut durhaka. Sebab, durhaka adalah tindakan, bukan sekadar gerak hati yang sulit diatur oleh manusia.

Dan lagi, perselisihan atau perbedaan pendapat, serta hal-hal lain yang menyakitkan orang tua, tidak akan menyakitkan jika hanya disimpan di hati. Yang jelas, hal itu tidak boleh dikeluarkan dalam bentuk ucapan, sikap badan, atau bahkan prilaku.

Durhaka sendiri sebenarnya bukan hanya kepada orang tua atau ibu. Memang, kebanyakan kata durhaka selalu dijadikan frasa dengan ‘orang tua’ atau ‘ibu’. Tetapi ada juga durhaka kepada suami. Durhaka kepada Allah dan Rasul juga ada. Contoh durhaka kepada Allah dan Rasul banyak dicontohkan dalam kisah-kisah kaum terdahulu.

Mengapa durhaka tidak diperbolehkan? Karena perintah untuk taat pada Allah, pada rasul, serta harus berbaik kepada orang tua sudah disebutkan di dalam Quran. Berikut ini ayatnya.

وقضى ربك الاّ تعبدوا إلا إياه وبالوالدين إحساناً إما يبلغنّ عندك الكبر أحدهما او كلاهم فلا تقل لهما أف

ولا تنهرهما وقل لهما قولا كريماً

(الإسراء:23)

Jadi, ada banyak jenis durhaka. Namun, secara garis besar prilaku yang ditunjukkan adalah sama. Yaitu menyakiti dan berselisih. Bentuk rielnya? Tentu saja beda. Sebab cara-cara orang menyakiti tidak selalu sama. Ucapan-ucapan yang menyakitkan juga pasti berbeda. Apalagi jika sudah berbeda zaman.

Sepintas, durhaka tampak terkait dengan dholim. Dholim secara pengertian adalah meletakkan sesuatu tidak pada tempat yang semestinya. Durhaka bisa dikategorikan ke dalam dholim. Tetapi makna dholim lebih luas lagi. Sehingga tidak semua prilaku dholim bisa dikategorikan ke dalam durhaka.

Dan baiklah, kiranya pengertian tentang durhaka ini menjadi cukup. Selanjutnya akan dibahas tentang hukum durhaka, sebelum mengulas macam dan jenis durhaka itu sendiri.

Hukum Durhaka

Pada dasarnya, hukum durhaka adalah haram. Durhaka tidak boleh dilakukan. Namun pada kasus-kasus tertentu, hukum ini bisa juga berubah menjadi boleh.

Meski demikian, alasan-alasan yang menjadi pertimbangan kebolehannya tidak serta merta menjadikan sikap durhaka boleh dilakukan dengan begitu saja. Tetapi baik hal itu dilakukan dengan cara yang paling tidak menyakitkan.

Dalam Shohih Bukhari, ada salah satu hadits menyebut tiga dosa besar. Dan salah satu dosa tersebut adalah durhaka kepada orang tua. Ini tentu harus menjadi perhatian dan catatan penting. Hadits tersebut adalah:

أَلاَ أُنَبِّئُكُم بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ؟ ثَلاَثًا قُلْنَا : بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ : أَلأِشْرَاكُ بِاللَّهِ،

وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ، وَكَانَ مُتَّكِئًا فَجَلَسَ فَقَالَ: أَلاَ وَقَوْلُ الزُّورِ،

وَشَهَادَةُ الزُّوُرِ، فَمَازَالَ يُكَرِّرُهَا حَتَّى قُلْنَا : لَيْتَهُ سَكَتَ

Hadits lain yang juga masih ada dalam Shohih Bukhari menyebut durhaka kepada ibu haram hukumnya. Hadits tersebut disertai juga dengan larangan beberapa hal yang harus ditaati. Bunyi haditsnya adalah:

حدثنا عثمان حدثنا جرير عن منصور عن الشعبي

عن وراد مولى المغيرة بن شعبة عن المغيرة بن شعبة قال : قال النبي صلى الله عليه و سلم

إن الله حرم عليكم عقوق الأمهات ووأد البنات ومنع وهات

وكره لكم قيل وقال وكثرة السؤال وإضاعة المال

Meski demikian, ketaatan yang paling utama adalah taat kepada Allah dan Rasulnya. Kadar ketaatan kepada ibu bapak berada di bawah ketaatan kepada Allah dan rasul. Maksudnya, jika ketaatan kepada ibu-bapak bertentangan dengan ketaatan kepada Allah, maka ‘durhaka’ boleh dilakukan.

Akhirnya, dapat diambil kesimpulan, taat kepada orang tua itu bersyarat. Sebaliknya, durhaka kepada orang tua juga tidak sepenuhnya haram. Pada saat-saat tertentu durhaka kepada orang tua justru boleh dan bahkan terpuji. Ini jika mendurhakai orang tua adalah bagian dari menjaga ketaatan seseorang kepada Allah. Namun dalam hal ini, cara yang paling halus adalah cara yang boleh dilakukan.

Macam dan Contoh Durhaka

Beragam bentuk-bentuk durhaka. Ada durhaka kepada Allah, ada durhaka kepada Rasul, ada juga durhaka kepada suami. Berikut adalah penjelasannya;

  1. Durhaka kepada Allah

Bentuk durhaka kepada Allah adalah tidak taat kepada Allah. Melaksanakan maksiat dan hal-hal yang dilarang adalah bagian dari maksiat. Dalam hal ini, syirik dan menyekutukan Allah adalah bagian dari durhaka kepada Allah.

Durhaka kepada Allah memang memiliki hubungan dengan keimanan seseorang. Semakin tebal iman seseorang, maka semakin taat dia kepada Allah. Semakin taat seseorang kepada Allah, maka semakin jauh dia dari perbuatan yang mengarah pada durhaka kepada Allah.

Maka di sini, perlu sangat memupuk keimanan dalam hati seseorang. Dengan cara apapun, atau dengan bantuan siapapun, keimanan seseorang harus dilestarikan dan dijaga di dalam hati. Sebab ketebalan iman seseorang yang menjadikan obat agar seseorang terhindar dari sikap durhaka kepada Allah.

  1. Durhaka kepada Rasul

Durhaka kepada rasul adalah bentuk ketidaktaatan seseorang kepada Rasul. Bukan hanya dengan cara menyakitinya saja, dengan tidak mengindahkan nasihat serta perintahnya, itu sudah menjadi bagian kedurhakaan kepada rasul.

Pada zaman dulu, menyakiti rasul bisa dilakukan secara fisik. Dengan merendahkan beliau misalnya. Dengan melemparkan kotoran di bajunya, misalnya. Tetapi saat ini bentuk menyakiti rasul sudah tidak seperti itu. Dengan merendahkan keluarga rasul dan mencelanya, bisa menjadi bagian durhaka kepada rasul. Dengan melakukan hal-hal yang bertentangan dengan ajarannya juga bagian dari hal yang menyakiti rasul.

Inilah mengapa seseorang harus mengenal rasul dan mempelajari apa saja yang diajarkan. Kesunnahan-kesunnahan yang rasul lakukan dijadikan sebagai suri tauladan. Tidak lain hal itu dilakukan agar seseorang tidak terjerumus pada sikap durhaka atas ketidaktahuannya.

  1. Durhaka kepada Orang Tua

Dalam komunikasi dengan orang tua, menyanggah, atau mengkritik sesuatu mungkin tidak bisa dihindarkan. Kadang-kadang seorang anak akan berdebat dengan orang tua atas suatu hal tertentu. Pada dasarnya, hal-hal semacam ini adalah bagian dari perselisihan. Dan perselisihan adalah hal yang sangat mungkin mengarah pada durhaka.

Itu sebabnya, kesadaran pada pentingnya taat pada orang tua menjadi wajib. Jika pun memang harus berdebat, harus diusahakan benar agar tidak menyakiti hati orang tua. Tentu saja hal ini hanya bisa dilakukan dengan kepala dingin dan pikiran yang jernih.

Pastikan juga agar anak tidak membuat dirinya tampak lebih unggul atau terlalu mengajari orang tua. Sebab hal itu akan memperkeruh suasana.

Memang, sebagai anak, seseorang wajib mengingatkan serta meluruskan apa yang dilakukan oleh orang tua. Tentu saja jika hal itu tidak benar dipandang dari sisi agama.

Namun jika yang menjadi persoalan adalah hal-hal yang sifatnya khilafiyyah atau bukan hal yang pokok dalam agama, sebaiknya hindari perdebatan. Lakukan cara halus untuk menarik mereka pada cara beragama yang lebih baik.

  1. Durhaka kepada Suami

Seorang perempuan yang sudah menikah memiliki kewajiban lain yang tidak ada sebelumnya. Kewajiban itu adalah taat kepada suami. Kewajiban taat ini tentu memberi nama ‘durhaka’ pada orang yang berlaku sebaliknya.

Oleh sebab itu, seseorang harus benar-benar tahu apa saja yang menjadi kewajibannya sebagai seorang istri. Apa-apa yang menjadi haknya juga harus diketahui. Setidaknya, jika seseorang tahu hak dan kewajibannya, dia bisa menimbang dengan matang sikap-sikap yang akan diambilnya. Seseorang juga akan lebih realistis menilai apa yang telah dilakukannya pada suami, terutama berkaitan durhaka atau tidak.

Demikian ulasan tentang materi pengertian durhaka, hukum, macam, dan contohnya dalam keseharian. Semoga bermanfaat bagi segenap pembaca semuanya. Trimakasih,

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *